GRE atau Graduate Record Examinations adalah tes yang wajib diikuti sebelum mendaftar program pasca sarjana di Amerika. GRE diperuntukkan bagi sekolah-sekolah non bisnis, jika tertarik mendaftar sekolah bisnis jenis tes yang mesti diikuti adalah GMAT.
Saya menduga, tes ini diperlukan untuk mengkuantifikasi kemampuan akademik para pelamar dalam standar yang sama.
Pelamar yang ingin sekolah ke Amerika berasal dari segala penjuru dunia, dengan sistem pendidikan dan penilaian yang berbeda. IP 3 di Indonesia belum tentu berbobot sama dengan di Cina, ini pun dengan asumsi Cina menggunakan cara penilaian yang sama dengan kita.
GRE terdiri atas tiga bagian: verbal, quantitative, dan analytical writing. Nilai maksimal untuk verbal dan quantitative adalah 800, sedang analytical writing diberi nilai maksimal 6. Untuk mahasiswa Indonesia, bagian quantitative (matematika) biasanya tidak terlalu menjadi masalah. Soal-soal yang diberikan memiliki tingkat kesulitan hampir sama dengan matematika dasar waktu SPMB/UMPTN dulu. Asal berlatih dan memahami istilah-istilah matematika dalam bahasa Inggris, soal bisa dilibas habis.
Bagian verbal ini yang lebih menantang. Kesulitan umum bagi kita yang bukan penutur Inggris terutama pada penguasaan vocabulary. Jangan bayangkan vocab pasaran yang akan keluar dalam tes, melainkan kata-kata yang mungkin kita baru tahu saat itu. Belum lagi struktur kalimat soal yang dibuat rada memutar hingga memerlukan tambahan waktu untuk memahami maksud soal tersebut.
Sebagai perbandingan, orang yang bertutur Inggris sekalipun normalnya akan mendapatkan nilai verbal lebih rendah dibanding nilai quantitative. Bagaimana dengan kita yang sehari-hari berbahasa Indonesia atau malah bahasa Jawa?
Tapi ini bukan menakut-nakuti lho. Moral kisah ini berarti perlu usaha lebih keras dan strategi khusus untuk menaklukkan tes bagian verbal. Sudah banyak tersedia buku-buku latihan GRE yang berisi latihan soal sekaligus contoh-contoh strategi yang bisa diterapkan. Yang penting, investasikan waktu secara cukup dan konsisten.
Bagian terakhir GRE adalah analytical writing. Di bagian ini peserta akan diberi satu kasus, dan berdasar kasus itu peserta diminta menuliskan tanggapan dan argumennya. Respon dari kasus bisa setuju ataupun tidak, yang penting argumen yang disusun mesti sistematis dan meyakinkan.
Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes tentu saja terbatas. Akan sangat membantu jika sebelum tes kita melakukan simulasi dengan mengerjakan soal dalam kerangka waktu tes sungguhan. Ini akan memberikan sense bagaimana cara membagi waktu dalam pengerjaan nantinya. Jangan pernah terpaku mengerjakan satu soal sulit, karena bobot soal sulit dan mudah tidak dibedakan.
Satu lagi yang penting, tes ini berformat komputer. Artinya, peserta tidak akan diberi lembar soal dan lembar jawaban. Peserta mesti membaca soal dan memberikan jawaban langsung di layar komputer. Bagi yang tidak terbiasa ini bisa menimbulkan kesulitan tersendiri. Satu lagi kelemahan tes berformat komputer, peserta mesti menjawab soal secara urut. Soal yang dianggap sulit tidak bisa dilompati untuk kemudian dikerjakan ulang nanti. Ini menjadi semakin membuat penting manajemen waktu. Jangan berlama-lama memelototi satu soal, jika sudah punya 2-3 alternatif jawaban, segera tembak salah satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar